Anak Shandy Aulia Dituduh Kurang Gizi, Warganet Menyerukan Masyarakat Untuk Memahami Stunting
By Nad
nusakini.com - Jakarta - Beberapa pengguna media sosial Indonesia dibuat geram dengan pesan-pesan yang diterima oleh artis dan pemain film Shandy Aulia mengenai perkembangan gizi anaknya. Shandy mengunggah sebuah screenshot komentar yang menyatakan anaknya kekurangan gizi dari ciri-ciri yang ia tunjukkan, seperti rambut jagung dan berat badan yang terlihat kurus.
Warganet pun dengan segera menunjukkan amarah mereka di akun yang mengomentari anak Shandy, mereka mengatakan bahwa tidak pantas ia menilai gizi seorang anak hanya dari gambar saja. Namun tidak sedikit juga warganet yang mengkritik Shandy Aulia yang pernah menyatakan bahwa ia tidak percaya dengan stunting dan pengukuran gizi anak. Menurutnya, firasat ibu adalah hal yang paling penting dalam mengasuh anak.
Menurut warganet, Shandy Aulia adalah seorang sosok public figure yang memiliki banyak pengikut. Kata-katanya harus dijaga agar ibu-ibu baru yang masih awam pengetahuan mengenai pertumbuhan anak tidak mengalami mispersepsi mengenai stunting.
Stunting menurut BKKBN adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan, yaitu ketika 9 bulan di kandungan dan hingga balita usia 2 tahun. Kekurangan gizi ini berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. BKKBN menyatakan bahwa bayi yang stunting pasti bertumbuh pendek dibanding bayi seumurnya, namun BKKBN juga menekankan jika stunting itu pasti bertubuh pendek, tetapi yang bertubuh pendek belum tentu stunting.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), angka stunting di Indonesia berada pada 27,67 persen pada tahun 2019. Angka ini menurun dari angka tahun sebelumnya, tetapi masih dianggap tinggi karena WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.
Masalah stunting dianggap masalah yang harus dihadapi dengan serius di Indonesia. Indonesia diharapkan bisa menjadi negara dengan perekonomian yang kuat pada tahun 2030 hingga 2050, namun persentase bayi stunting bisa menghambat harapan tersebut.
Pada tahun 2018, KataData menyatakan 1 dari 3 balita di Indonesia menderita stunting. Kementrian Kesehatan juga berpendapat bahwa tingginya prevalensi stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada kerugian ekonomi bagi Indonesia.
Di Awal tahun 2021, Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2021 di tahun 2024.
Penanggung jawab program Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting, dr. Hasto Wardoyo mengatakan bahwa tingginya angka stunting berdasarkan bayi yang memang terlahir kurang gizi dan juga bayi yang terlahir normal tapi kemudian tidak mendapatkan asupan gizi seperti ASI dan makanan yang tidak cukup sehingga akhirnya mereka menjadi stunting.
Menurut Hasto, stunting masih bisa diatasi dalam 1000 hari kehidupan pertama bayi, sehingga orang tua harus peka dalam perkembangan gizi buah hati mereka. Pemerintah menyatakan bahwa mereka akan mengoptimalkan pelayanan di posyandu untuk mengurangi angka stunting.
Warganet mengatakan bahwa penghinaan terhadap anak Shandy Aulia itu tidak benar, namun Shandy harus tetap diingatkan mengenai masalah stunting agar dia tidak salah memberi pesan terhadap pengikut-pengikutnya. (dd)